MicroStrategy (MSTR), perusahaan yang dikenal sebagai pemegang Bitcoin terbesar di antara perusahaan publik, menunjukkan pola “double bottom” pada grafik sahamnya. Pola teknikal ini sering kali dianggap sebagai sinyal pembalikan tren dari bearish ke bullish, yang dapat menjadi awal dari reli harga baru.
Pola Double Bottom dan Indikasi Bullish
Pola “double bottom” terbentuk ketika harga saham mengalami dua titik terendah yang hampir sama sebelum akhirnya naik melewati garis leher (neckline). Jika harga berhasil menembus garis ini, maka pola tersebut dianggap terkonfirmasi dan sering kali diikuti oleh kenaikan harga yang signifikan.
Yang menarik, pola ini berlawanan dengan pola “double top” yang sebelumnya terbentuk pada grafik harga Bitcoin (BTC) awal tahun ini. Pola “double top” tersebut memperingatkan kemungkinan penurunan harga Bitcoin yang akhirnya terbukti benar. Dengan demikian, pola “double bottom” pada saham MicroStrategy dapat menjadi sinyal kuat bagi investor bahwa tren baru sedang terbentuk.
MicroStrategy dan Strategi Bitcoin yang Agresif
Di bawah kepemimpinan Michael Saylor, MicroStrategy telah menjadikan Bitcoin sebagai aset utama dalam neracanya. Perusahaan saat ini memiliki hampir 500.000 BTC dengan harga rata-rata pembelian sekitar $66.000 per koin.
Baru-baru ini, MicroStrategy mengumumkan rencana penerbitan saham preferen konvertibel perpetual senilai $21 miliar dengan imbal hasil lebih dari 9%. Dana yang diperoleh akan digunakan untuk membeli lebih banyak Bitcoin. Jika harga Bitcoin tetap stabil di sekitar $80.000, perusahaan dapat menambah hingga 262.500 BTC lagi ke dalam portofolionya. Dengan jumlah ini, kepemilikan MicroStrategy akan mewakili sekitar 3,6% dari total Bitcoin yang beredar di dunia.
Risiko dan Keberlanjutan Strategi
Meskipun strategi ini dapat memberikan keuntungan besar jika harga Bitcoin terus meningkat, pendekatan MicroStrategy juga memiliki risiko tinggi. Perusahaan bergantung pada rekayasa keuangan dengan menerbitkan instrumen ekuitas dan obligasi yang terhubung dengan ekuitas untuk mendanai pembelian Bitcoin. Hal ini menciptakan siklus di mana nilai saham MicroStrategy tetap premium dibandingkan dengan nilai aset bersihnya.
Namun, bisnis inti perusahaan sendiri tidak menghasilkan arus kas yang besar, sehingga strategi ini memerlukan pendanaan berkelanjutan yang berpotensi mencairkan kepemilikan pemegang saham yang ada. Jika harga Bitcoin turun drastis, MicroStrategy bisa menghadapi tekanan keuangan yang signifikan.
Dengan pola “double bottom” yang muncul pada grafik harga sahamnya dan strategi investasi Bitcoin yang agresif, MicroStrategy berpotensi memasuki fase bullish baru. Namun, investor harus tetap waspada terhadap risiko tinggi yang melekat pada strategi tersebut, terutama mengingat volatilitas pasar cryptocurrency yang masih sangat tinggi. Keberlanjutan strategi ini akan sangat bergantung pada pergerakan harga Bitcoin dan sentimen pasar terhadap perusahaan yang mendukung aset digital secara besar-besaran.