Bitcoin (BTC) kembali menguat signifikan dan bersiap menembus rekor harga baru di tengah perbaikan sentimen global. Pemulihan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China serta ekspektasi positif terhadap data inflasi AS jadi faktor pendorong utama kenaikan harga ini.
Bitcoin Mendekati Puncak Baru
Pada 12 Mei 2025, harga Bitcoin tercatat berada di kisaran $105.500, hanya sekitar 3,6% di bawah level tertinggi sepanjang masa sebesar $109.350 yang dicapai pada Januari lalu. Kenaikan ini mencerminkan rebound yang solid dari titik terendah di bulan April, ketika BTC sempat menyentuh angka $75.000 karena ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global.
“Rekor baru tampaknya hanya tinggal menunggu waktu, karena kombinasi faktor fundamental dan institusional mengarahkan Bitcoin ke jalur bullish,” ungkap analis pasar dari CoinDesk.
AS dan China Capai Kesepakatan Dagang, Pasar Kripto Tanggapi Positif
Katalis utama dari lonjakan harga ini adalah kabar bahwa Amerika Serikat dan China telah mencapai kesepakatan dagang sementara setelah dua hari pembicaraan tingkat tinggi di Jenewa. Dalam kesepakatan tersebut:
- AS setuju menurunkan tarif impor barang dari China dari 145% menjadi 30% untuk masa 90 hari.
- China membalas dengan penurunan tarif impor barang dari AS dari 125% menjadi 10% untuk periode yang sama.
Langkah ini menjadi angin segar bagi pasar global, termasuk aset-aset berisiko seperti Bitcoin, yang sangat sensitif terhadap ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi internasional.
“Meredanya perang dagang membuat investor kembali percaya diri, dan Bitcoin menjadi salah satu aset yang paling diuntungkan,” jelas analis dari Genesis Trading.
Data Inflasi Jadi Fokus Pasar Selanjutnya
Selain kabar perjanjian dagang, pelaku pasar juga menanti rilis data Consumer Price Index (CPI) AS untuk bulan April yang dijadwalkan pekan ini. Berdasarkan proyeksi dari RBC Capital, CPI diperkirakan:
- Turun dari 2,4% (Maret) menjadi 2,3% (April) secara tahunan.
- Menunjukkan bahwa tekanan inflasi di AS mulai mereda.
Jika angka aktual sesuai atau bahkan lebih rendah dari perkiraan, hal ini dapat memperkuat argumen bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan moneter, termasuk kemungkinan penurunan suku bunga—sebuah sinyal positif untuk pasar kripto.
Investor Institusional dan ETF Dorong Kenaikan Lebih Lanjut
Salah satu faktor penting di balik kekuatan pasar Bitcoin saat ini adalah dukungan dari investor institusional. Data terbaru menunjukkan:
- ETF Bitcoin spot BlackRock (IBIT) mencatat arus masuk dana selama 20 hari perdagangan berturut-turut, dengan total lebih dari $5 miliar sejak awal tahun.
- Permintaan dari lembaga keuangan besar menunjukkan bahwa Bitcoin kini telah menjadi aset utama dalam portofolio institusional, bukan lagi sekadar spekulatif.
Selain BlackRock, manajer aset lain seperti Fidelity dan Ark Invest juga mencatatkan performa kuat di ETF kripto mereka, menambah tekanan beli yang mendorong harga naik.
Volatilitas Terkendali, Pasar Bergerak Stabil
Menariknya, meski harga terus naik, volatilitas tersirat (implied volatility) dari opsi Bitcoin tetap relatif stabil di kisaran 50–55%. Ini jauh lebih rendah dari lonjakan volatilitas yang biasa terjadi pada periode bullish sebelumnya, misalnya saat harga Bitcoin menembus $69.000 pada 2021.
Stabilitas ini dianggap sebagai indikasi pasar yang lebih matang, di mana investor tidak lagi panik dalam merespons fluktuasi harga.
Potensi BTC Tembus $120.000?
Beberapa analis memperkirakan bahwa jika tren makro dan dukungan institusional berlanjut:
- Bitcoin bisa menembus $109.000 dalam waktu dekat.
- Target jangka menengah antara $115.000 hingga $120.000 menjadi semakin realistis menjelang akhir kuartal kedua 2025.