GameStop Corp, pengecer video game ritel yang sempat menjadi sorotan pasar karena gerakan investor ritel dan keterlibatannya dalam Bitcoin, kembali mencatatkan kinerja yang mengecewakan di kuartal pertama 2025. Meski perusahaan berhasil mencetak laba bersih, total pendapatan yang dibukukan meleset dari ekspektasi analis, menyebabkan sahamnya turun lebih dari 4% dalam perdagangan pasca penutupan bursa.
Pendapatan di Bawah Estimasi, Penurunan Signifikan dari Tahun Lalu
GameStop melaporkan pendapatan sebesar $881 juta pada kuartal pertama tahun ini, turun hampir 29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini terjadi di tengah terus menurunnya penjualan ritel fisik dan meningkatnya persaingan dari penjualan digital.
Para analis sebelumnya memperkirakan GameStop akan mampu menghasilkan lebih dari $900 juta dalam pendapatan kuartalan, sehingga hasil yang dilaporkan menunjukkan kinerja yang berada di bawah konsensus pasar.
Cetak Laba Bersih, Tapi Tidak Cukup Dorong Optimisme
Meski pendapatan merosot, GameStop berhasil membukukan laba bersih sebesar $6,7 juta atau sekitar $0,02 per saham. Ini merupakan perbaikan signifikan dari rugi bersih sebesar $50 juta pada kuartal pertama tahun lalu. Namun, investor tetap bereaksi negatif terhadap penurunan tajam dalam volume penjualan.
Tidak Ada Sesi Tanya Jawab, Ketidakjelasan Prospek Ke Depan
Dalam laporan pendapatannya, manajemen GameStop memilih untuk tidak menggelar sesi tanya jawab dengan investor atau memberikan panduan pendapatan untuk kuartal berikutnya. Sikap ini dinilai sebagai sinyal ketidakpastian terhadap arah strategis perusahaan, terutama di tengah kondisi ritel yang terus berubah.
Langkah ini mengulang pola serupa dari kuartal sebelumnya, di mana perusahaan juga menolak memberikan wawasan lebih jauh terkait strategi masa depan.
Sorotan Investor: Hubungan dengan Bitcoin
GameStop sebelumnya menjadi perhatian investor kripto setelah CEO baru, Ryan Cohen, menyampaikan bahwa perusahaan telah mengadopsi Bitcoin sebagai bagian dari strategi diversifikasi aset. Meski tidak disebutkan secara eksplisit dalam laporan kuartal ini, keberadaan aset digital dalam neraca keuangan GameStop tetap menjadi salah satu faktor yang diamati pelaku pasar.
Namun demikian, fluktuasi harga Bitcoin dan kurangnya kejelasan strategi jangka panjang membuat sebagian analis skeptis terhadap arah kebijakan perusahaan.
Reaksi Pasar: Saham Tertekan
Saham GameStop langsung mengalami penurunan tajam dalam perdagangan pasca pasar, turun lebih dari 4%, menghapus sebagian dari kenaikan yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Sejak awal tahun, saham GameStop telah mengalami volatilitas tinggi, terutama karena sentimen spekulatif dari komunitas investor ritel.
Pendapatan Kuartal I Melorot, Saham GameStop Jatuh Meski Kembali Cetak Laba
Grapevine, Texas – 11 Juni 2025 – GameStop Corp, pengecer video game ritel yang sempat menjadi sorotan pasar karena gerakan investor ritel dan keterlibatannya dalam Bitcoin, kembali mencatatkan kinerja yang mengecewakan di kuartal pertama 2025. Meski perusahaan berhasil mencetak laba bersih, total pendapatan yang dibukukan meleset dari ekspektasi analis, menyebabkan sahamnya turun lebih dari 4% dalam perdagangan pasca penutupan bursa.
Pendapatan di Bawah Estimasi, Penurunan Signifikan dari Tahun Lalu
GameStop melaporkan pendapatan sebesar $881 juta pada kuartal pertama tahun ini, turun hampir 29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini terjadi di tengah terus menurunnya penjualan ritel fisik dan meningkatnya persaingan dari penjualan digital.
Para analis sebelumnya memperkirakan GameStop akan mampu menghasilkan lebih dari $900 juta dalam pendapatan kuartalan, sehingga hasil yang dilaporkan menunjukkan kinerja yang berada di bawah konsensus pasar.
Cetak Laba Bersih, Tapi Tidak Cukup Dorong Optimisme
Meski pendapatan merosot, GameStop berhasil membukukan laba bersih sebesar $6,7 juta atau sekitar $0,02 per saham. Ini merupakan perbaikan signifikan dari rugi bersih sebesar $50 juta pada kuartal pertama tahun lalu. Namun, investor tetap bereaksi negatif terhadap penurunan tajam dalam volume penjualan.
Tidak Ada Sesi Tanya Jawab, Ketidakjelasan Prospek Ke Depan
Dalam laporan pendapatannya, manajemen GameStop memilih untuk tidak menggelar sesi tanya jawab dengan investor atau memberikan panduan pendapatan untuk kuartal berikutnya. Sikap ini dinilai sebagai sinyal ketidakpastian terhadap arah strategis perusahaan, terutama di tengah kondisi ritel yang terus berubah.
Langkah ini mengulang pola serupa dari kuartal sebelumnya, di mana perusahaan juga menolak memberikan wawasan lebih jauh terkait strategi masa depan.
Sorotan Investor: Hubungan dengan Bitcoin
GameStop sebelumnya menjadi perhatian investor kripto setelah CEO baru, Ryan Cohen, menyampaikan bahwa perusahaan telah mengadopsi Bitcoin sebagai bagian dari strategi diversifikasi aset. Meski tidak disebutkan secara eksplisit dalam laporan kuartal ini, keberadaan aset digital dalam neraca keuangan GameStop tetap menjadi salah satu faktor yang diamati pelaku pasar.
Namun demikian, fluktuasi harga Bitcoin dan kurangnya kejelasan strategi jangka panjang membuat sebagian analis skeptis terhadap arah kebijakan perusahaan.
Reaksi Pasar: Saham Tertekan
Saham GameStop langsung mengalami penurunan tajam dalam perdagangan pasca pasar, turun lebih dari 4%, menghapus sebagian dari kenaikan yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Sejak awal tahun, saham GameStop telah mengalami volatilitas tinggi, terutama karena sentimen spekulatif dari komunitas investor ritel.