Bitcoin Bangkit ke $85.800, Tapi Apakah Sinyal Bullish Benar-Benar Kembali?

Bitcoin (BTC) sempat mengalami lonjakan harga yang cukup tajam hingga menyentuh level $85.800 pada awal pekan ini. Namun, lonjakan ini masih menimbulkan tanda tanya besar di kalangan pelaku pasar: apakah reli ini menandai kembalinya tren bullish jangka panjang, atau hanya sebuah pantulan sementara di tengah ketidakpastian global?

Kenaikan harga tersebut terjadi setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana peninjauan ulang terhadap tarif impor — terutama untuk sektor semikonduktor dan perangkat elektronik seperti smartphone dan komputer. Langkah ini sempat membangkitkan optimisme pelaku pasar, termasuk investor kripto. Namun, kegembiraan itu tak berlangsung lama.

Faktanya, pernyataan Trump hanya bersifat sementara. Tarif tetap bisa diberlakukan kembali sewaktu-waktu, terutama yang berkaitan dengan rantai pasokan elektronik. Trump menegaskan bahwa AS ingin memproduksi semikonduktor dan teknologi canggih “di dalam negeri sendiri,” sebagai bagian dari agenda nasionalis ekonominya.

Reaksi Pasar Masih Campur Aduk

Meski sempat mengalami penguatan, pasar Bitcoin belum sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang solid. Harga gagal menembus level psikologis $86.000 dan para analis memperkirakan bahwa momentum jangka pendek tetap terbatas. Data derivatif dan opsi BTC pun tidak menunjukkan keyakinan kuat dari investor institusional.

Korelasi Bitcoin dengan pasar saham juga memperkuat kehati-hatian investor. Selama beberapa bulan terakhir, Bitcoin cenderung bergerak seiring dengan indeks-indeks saham utama seperti S&P 500 dan Nasdaq, terutama karena investor melihat kripto sebagai aset berisiko yang terpengaruh oleh ketegangan geopolitik dan kebijakan suku bunga.

Data Derivatif Tunjukkan Sentimen Belum Pulih

Salah satu indikator penting yang digunakan untuk membaca sentimen pasar adalah “skew delta 25%” — yaitu perbandingan antara harga opsi beli (call) dan jual (put). Ketika indikator ini naik di atas 6%, biasanya mengindikasikan kekhawatiran akan penurunan harga. Namun pada 13 April, indikator ini justru turun ke bawah 0%, menandakan sedikit optimisme. Sayangnya, pada 14 April, indikator kembali naik, menunjukkan bahwa pasar kembali diliputi keraguan.

Hal ini senada dengan tren di pasar futures BTC yang juga menunjukkan lemahnya minat beli yang kuat dari para trader.

Arus Masuk ETF Lemah, Antusiasme Ritel China Menurun

Selain itu, performa ETF Bitcoin spot juga belum memuaskan. Dalam periode 9–11 April, ETF-ETF ini justru mencatat arus keluar dana sebesar $277 juta. Angka tersebut menjadi sinyal bahwa investor besar belum sepenuhnya percaya diri terhadap reli BTC saat ini.

Dari sisi permintaan ritel, pasar China — yang kerap menjadi indikator antusiasme global — menunjukkan tanda-tanda pendinginan. Premi harga Tether (USDT) di pasar OTC China sempat berada di 1,2%, namun kini turun ke 0,5%. Ini mengindikasikan penurunan minat dari investor ritel untuk membeli aset kripto.

Padahal, perusahaan besar seperti Strategy baru saja mengumumkan pembelian Bitcoin senilai $286 juta di harga rata-rata $82.618. Namun, aksi ini belum cukup untuk memulihkan kepercayaan pasar secara luas. Banyak analis menduga, lonjakan harga BTC akhir-akhir ini justru didorong oleh pembelian institusional seperti ini, bukan karena perubahan tren pasar yang mendasar.

Reli Sementara atau Awal Bullrun?

Untuk saat ini, Bitcoin memang berhasil bangkit dari level terendah $74.000-an beberapa waktu lalu. Namun, tanpa dukungan dari faktor fundamental dan makroekonomi yang lebih kuat, banyak pelaku pasar masih menahan diri.

Reli menuju $85.800 bisa jadi hanyalah “pantulan teknikal” sementara. Untuk mengonfirmasi apakah bull market benar-benar kembali, BTC perlu menunjukkan kekuatan jangka menengah yang didukung oleh volume perdagangan, pertumbuhan partisipasi ritel, serta arus masuk dana dari institusi.

Bitcoin (BTC) sempat mengalami lonjakan harga yang cukup tajam hingga menyentuh level $85.800 pada awal pekan ini. Namun, lonjakan ini masih menimbulkan tanda tanya besar di kalangan pelaku pasar: apakah reli ini menandai kembalinya tren bullish jangka panjang, atau hanya sebuah pantulan sementara di tengah ketidakpastian global?

Kenaikan harga tersebut terjadi setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana peninjauan ulang terhadap tarif impor — terutama untuk sektor semikonduktor dan perangkat elektronik seperti smartphone dan komputer. Langkah ini sempat membangkitkan optimisme pelaku pasar, termasuk investor kripto. Namun, kegembiraan itu tak berlangsung lama.

Faktanya, pernyataan Trump hanya bersifat sementara. Tarif tetap bisa diberlakukan kembali sewaktu-waktu, terutama yang berkaitan dengan rantai pasokan elektronik. Trump menegaskan bahwa AS ingin memproduksi semikonduktor dan teknologi canggih “di dalam negeri sendiri,” sebagai bagian dari agenda nasionalis ekonominya.

Reaksi Pasar Masih Campur Aduk

Meski sempat mengalami penguatan, pasar Bitcoin belum sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang solid. Harga gagal menembus level psikologis $86.000 dan para analis memperkirakan bahwa momentum jangka pendek tetap terbatas. Data derivatif dan opsi BTC pun tidak menunjukkan keyakinan kuat dari investor institusional.

Korelasi Bitcoin dengan pasar saham juga memperkuat kehati-hatian investor. Selama beberapa bulan terakhir, Bitcoin cenderung bergerak seiring dengan indeks-indeks saham utama seperti S&P 500 dan Nasdaq, terutama karena investor melihat kripto sebagai aset berisiko yang terpengaruh oleh ketegangan geopolitik dan kebijakan suku bunga.

Data Derivatif Tunjukkan Sentimen Belum Pulih

Salah satu indikator penting yang digunakan untuk membaca sentimen pasar adalah “skew delta 25%” — yaitu perbandingan antara harga opsi beli (call) dan jual (put). Ketika indikator ini naik di atas 6%, biasanya mengindikasikan kekhawatiran akan penurunan harga. Namun pada 13 April, indikator ini justru turun ke bawah 0%, menandakan sedikit optimisme. Sayangnya, pada 14 April, indikator kembali naik, menunjukkan bahwa pasar kembali diliputi keraguan.

Hal ini senada dengan tren di pasar futures BTC yang juga menunjukkan lemahnya minat beli yang kuat dari para trader.

Arus Masuk ETF Lemah, Antusiasme Ritel China Menurun

Selain itu, performa ETF Bitcoin spot juga belum memuaskan. Dalam periode 9–11 April, ETF-ETF ini justru mencatat arus keluar dana sebesar $277 juta. Angka tersebut menjadi sinyal bahwa investor besar belum sepenuhnya percaya diri terhadap reli BTC saat ini.

Dari sisi permintaan ritel, pasar China — yang kerap menjadi indikator antusiasme global — menunjukkan tanda-tanda pendinginan. Premi harga Tether (USDT) di pasar OTC China sempat berada di 1,2%, namun kini turun ke 0,5%. Ini mengindikasikan penurunan minat dari investor ritel untuk membeli aset kripto.

Padahal, perusahaan besar seperti Strategy baru saja mengumumkan pembelian Bitcoin senilai $286 juta di harga rata-rata $82.618. Namun, aksi ini belum cukup untuk memulihkan kepercayaan pasar secara luas. Banyak analis menduga, lonjakan harga BTC akhir-akhir ini justru didorong oleh pembelian institusional seperti ini, bukan karena perubahan tren pasar yang mendasar.

Reli Sementara atau Awal Bullrun?

Untuk saat ini, Bitcoin memang berhasil bangkit dari level terendah $74.000-an beberapa waktu lalu. Namun, tanpa dukungan dari faktor fundamental dan makroekonomi yang lebih kuat, banyak pelaku pasar masih menahan diri.

Reli menuju $85.800 bisa jadi hanyalah “pantulan teknikal” sementara. Untuk mengonfirmasi apakah bull market benar-benar kembali, BTC perlu menunjukkan kekuatan jangka menengah yang didukung oleh volume perdagangan, pertumbuhan partisipasi ritel, serta arus masuk dana dari institusi.

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

Akumulasi Whale Terhenti, Tekanan dari Penambang Membayangi Pergerakan Harga Bitcoin

Data terbaru dari platform analitik blockchain CryptoQuant menunjukkan sinyal kehati-hatian dari investor besar dan penambang Bitcoin di tengah fluktuasi pasar. Jakarta, 18 April 2025 —...

Jerald David: Dominasi Stablecoin Terjadi Karena Keterbatasan Sistem Perbankan AS

Stablecoin makin populer karena sistem perbankan tradisional Amerika belum mampu memenuhi kebutuhan pasar digital yang serba cepat. Presiden Arca Labs, Jerald David, menyampaikan pandangannya mengenai...

CleanSpark Mulai Jual Bitcoin untuk Biayai Operasi Sendiri, Hindari Ketergantungan Eksternal

Perusahaan penambangan Bitcoin asal Amerika Serikat, CleanSpark, resmi mengumumkan perubahan besar dalam strategi keuangannya. Mulai bulan ini, perusahaan akan secara rutin menjual sebagian Bitcoin...

Want to stay up to date with the latest news?

We would love to hear from you! Please fill in your details and we will stay in touch. It's that simple!