Harga Bitcoin kembali terpukul oleh sentimen geopolitik global setelah laporan intelijen menyebutkan bahwa Iran sedang mempersiapkan serangan balasan terhadap pangkalan militer Amerika Serikat di Timur Tengah. Setelah sempat menunjukkan pemulihan teknikal ke atas level USD 103.000, Bitcoin gagal mempertahankan momentum dan kembali merosot di bawah ambang psikologis penting USD 100.000.
Tekanan ini memperkuat pandangan bahwa aset kripto, meskipun sering diposisikan sebagai “safe haven”, tetap sangat sensitif terhadap ketegangan global dan dinamika makroekonomi.
Gejolak Geopolitik Memicu Koreksi Tajam
Laporan dari Axios dan sejumlah media internasional mengindikasikan bahwa Iran telah meningkatkan kesiapan militernya untuk melakukan serangan rudal ke beberapa fasilitas militer AS di kawasan Teluk, termasuk di Qatar, Bahrain, dan UEA. Langkah ini disebut sebagai respons atas serangan udara Amerika Serikat ke fasilitas nuklir Iran beberapa hari sebelumnya.
Kabar ini langsung mengguncang pasar kripto. Bitcoin yang sebelumnya menguat ke sekitar USD 104.000, dalam hitungan jam merosot ke kisaran USD 98.500. Penurunan tajam ini juga menyeret aset digital lainnya seperti Ethereum dan XRP, yang masing-masing kehilangan lebih dari 6 persen nilainya dalam waktu kurang dari satu hari.
Likuidasi Massal Perparah Tekanan Pasar
Data dari CoinGlass menunjukkan bahwa lebih dari USD 1 miliar posisi long di berbagai aset kripto, termasuk Bitcoin dan Ethereum, mengalami likuidasi otomatis selama 24 jam terakhir. Lonjakan likuidasi ini mempercepat tekanan jual dan memperbesar volatilitas pasar.
Aksi jual juga memicu tekanan teknikal, terutama karena harga Bitcoin jatuh di bawah support kunci yang selama ini menjadi pegangan investor. Banyak trader jangka pendek yang keluar dari pasar, sementara investor institusional tampak mulai memantau titik-titik masuk strategis.
Reaksi Analis dan Potensi Rebound
Sejumlah analis pasar menilai bahwa penurunan ini bukan akhir dari tren bullish jangka panjang Bitcoin. Beberapa bahkan melihat fase ini sebagai peluang akumulasi.
Menurut James Lavish, Managing Partner di Bitcoin Opportunity Fund, reaksi berlebihan terhadap ketegangan geopolitik justru mencerminkan kurangnya pemahaman terhadap esensi Bitcoin.
“Menjual Bitcoin karena takut perang adalah salah kaprah. Bitcoin diciptakan untuk momen seperti ini—saat institusi global gagal menjaga stabilitas,” tegas Lavish.
Sementara itu, analis teknikal dari CoinDesk mencatat bahwa zona USD 98.000–99.000 telah menjadi area support kuat dalam beberapa minggu terakhir. Jika level ini mampu bertahan, maka peluang rebound kembali ke atas USD 105.000 tetap terbuka, terutama jika ketegangan geopolitik mereda atau tidak berkembang menjadi konflik berskala besar.
Dampak ke Aset Lain dan Sentimen Pasar Global
Tidak hanya pasar kripto yang terpengaruh. Saham teknologi di Amerika Serikat juga mencatat pelemahan tipis, sementara indeks dolar AS sempat naik sebelum kembali stabil. Harga minyak justru mengalami penurunan sekitar 3 persen, yang menunjukkan bahwa pasar energi belum sepenuhnya terprovokasi oleh ancaman konflik.
Emas, aset tradisional lindung nilai, mencatat kenaikan terbatas ke kisaran USD 3.380 per ons, namun tetap belum menunjukkan lonjakan tajam seperti biasanya dalam krisis geopolitik.
Pergerakan yang tidak sinkron ini menunjukkan bahwa pasar global sedang dalam fase penyesuaian terhadap risiko geopolitik, dengan investor mencoba menilai apakah ancaman Iran akan berubah menjadi konflik terbuka atau tetap dalam level eskalasi terbatas.
Koreksi harga Bitcoin ke bawah USD 100.000 sekali lagi membuktikan bahwa pasar kripto sangat dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik dan dinamika makroekonomi global. Meskipun tekanan jual saat ini cukup tajam, banyak pihak menilai bahwa fase ini menciptakan peluang bagi investor jangka panjang. Fokus investor kini tertuju pada perkembangan situasi di Timur Tengah dan apakah harga Bitcoin mampu bertahan di atas zona support kritis di kisaran USD 98.000. Rebound signifikan masih mungkin terjadi jika ketegangan politik mereda dan pasar kembali stabil.