Pemerintah China kembali melayangkan tuntutan tegas kepada Amerika Serikat untuk sepenuhnya membatalkan tarif dagang yang telah diberlakukan dalam beberapa tahun terakhir. Desakan ini muncul setelah ketegangan perdagangan antara dua kekuatan ekonomi dunia tersebut kembali memanas dalam beberapa pekan terakhir.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis akhir pekan lalu, Kementerian Perdagangan China menuduh AS menerapkan kebijakan perdagangan yang merugikan dan sepihak. Menurut Beijing, tarif-tarif tersebut tidak hanya merusak stabilitas perdagangan global, tetapi juga merugikan ekonomi AS sendiri.
“Amerika Serikat harus segera membatalkan semua tarif tambahan terhadap produk China dan kembali ke jalur dialog yang setara dan saling menghormati,” tulis Kementerian Perdagangan China dalam siaran persnya.
Tarik Ulur Tarif dan Balasan Beijing
Ketegangan dagang ini kembali mencuat setelah Washington menolak untuk mencabut sebagian besar tarif yang dikenakan selama masa pemerintahan Presiden Donald Trump. Meskipun ada beberapa pelonggaran terbatas, termasuk pengecualian sementara untuk produk teknologi tertentu, langkah tersebut dianggap tidak cukup oleh pihak China.
Sebagai bentuk respons, China memperketat langkah balasan dengan:
- Meningkatkan tarif terhadap produk impor asal AS hingga mencapai 125%.
- Menangguhkan ekspor mineral tanah jarang (rare earth elements), yang sangat penting untuk industri teknologi tinggi di AS.
- Menghentikan sebagian kerja sama dagang strategis yang sebelumnya menjadi bagian dari negosiasi.
Peringatan dari Beijing
China menegaskan bahwa mereka tidak akan tunduk pada tekanan ekonomi dan tidak akan menanggapi ancaman baru jika Washington terus menerapkan kebijakan tarif tambahan. Dalam pernyataannya, Beijing menyebut bahwa tindakan tersebut sudah tidak lagi logis secara ekonomi dan hanya akan memperburuk hubungan kedua negara.
“Tarif sepihak ini menciptakan ketidakpastian global dan mengganggu rantai pasok dunia. Sudah waktunya bagi Amerika Serikat untuk berhenti menggunakan kebijakan tekanan dan kembali ke meja perundingan.”
Dampak Global
Ketegangan antara AS dan China tidak hanya berdampak pada hubungan bilateral, tetapi juga mengguncang pasar global, mempengaruhi pergerakan saham, nilai tukar, hingga pasar komoditas. Banyak analis menyebut bahwa konflik ini berpotensi memperlambat pemulihan ekonomi global yang sedang berjuang keluar dari tekanan inflasi dan ketidakstabilan geopolitik.