Perusahaan penambangan Bitcoin asal Amerika Serikat, CleanSpark, resmi mengumumkan perubahan besar dalam strategi keuangannya. Mulai bulan ini, perusahaan akan secara rutin menjual sebagian Bitcoin hasil tambangnya untuk mendanai operasional secara mandiri—langkah yang mereka sebut sebagai peralihan menuju self-funding atau pendanaan mandiri.
Langkah ini menandai perubahan signifikan dari pendekatan sebelumnya, di mana CleanSpark lebih memilih untuk menahan hampir seluruh hasil tambangnya. CEO CleanSpark, Zach Bradford, menyebut keputusan ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk menghindari ketergantungan pada pendanaan eksternal.
“Kami ingin mencapai escape velocity—mampu membiayai operasional, menambah cadangan Bitcoin, dan mendanai ekspansi dari arus kas internal,” ungkap Bradford.
Diperkuat dengan Kredit dari Coinbase Prime
Untuk mendukung strategi barunya, CleanSpark juga telah menjalin kerja sama dengan Coinbase Prime, anak perusahaan Coinbase yang fokus pada layanan institusional. Melalui kemitraan ini, CleanSpark memperoleh fasilitas kredit sebesar $200 juta, dengan jaminan berupa Bitcoin.
Selain itu, perusahaan juga membentuk unit perdagangan institusional khusus untuk menjual Bitcoin secara langsung, agar lebih efisien dalam mengelola likuiditas.
Latar Belakang: Tekanan Pasar dan Penurunan Harga Saham
Langkah ini dilakukan di tengah kondisi pasar yang cukup berat bagi industri penambangan kripto. Pada kuartal pertama 2025, banyak perusahaan penambang mengalami penurunan tajam pada harga sahamnya. ETF saham penambangan kripto WGMI, yang mencerminkan kinerja berbagai perusahaan penambangan termasuk CleanSpark, tercatat turun lebih dari 40% sejak awal tahun.
Menurut analis JP Morgan, kondisi ini diperburuk oleh tren penurunan harga Bitcoin dan efek dari peristiwa halving Bitcoin pada April 2024, yang secara otomatis memangkas separuh hadiah blok bagi para penambang.
Ketegangan Perdagangan Tambah Tekanan
Situasi semakin kompleks setelah Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan rencana pengenaan tarif besar-besaran terhadap berbagai barang impor. Hal ini berdampak langsung pada para penambang Bitcoin di AS, yang sebagian besar bergantung pada perangkat keras impor dari luar negeri, khususnya dari Asia.
CleanSpark Ingin Tampil Beda
Bradford menegaskan bahwa pendekatan pendanaan mandiri ini akan membedakan CleanSpark dari para pesaingnya yang masih mengandalkan dilusi saham atau pinjaman baru untuk membiayai operasi mereka.
“Kami percaya ini adalah waktu yang tepat untuk mengubah strategi. Dengan kondisi pasar saat ini, perusahaan harus lebih gesit dan mandiri,” tegasnya.
Penambang Lain Ikut Bergerak
CleanSpark bukan satu-satunya yang melakukan manuver. Bitdeer, perusahaan penambangan asal Singapura, juga mengambil langkah strategis dengan berencana memproduksi perangkat keras penambangan langsung di Amerika Serikat. Tujuannya jelas: mengurangi dampak dari potensi perang dagang dan tarif tinggi yang akan diterapkan pemerintah.