Harga Bitcoin Kembali Anjlok? Ini Faktor Risiko yang Perlu Diwaspadai Investor

Setelah sempat menyentuh angka tertinggi di atas $83.000, harga Bitcoin kembali tergelincir. Sentimen makroekonomi global dan ketegangan geopolitik menjadi sorotan utama yang dapat memicu tekanan jual dalam waktu dekat.

Harga Bitcoin (BTC) sempat melonjak hingga $83.565 pada 9 April 2025, namun tak lama berselang mengalami penolakan kuat di level tersebut dan kembali turun ke bawah angka psikologis $80.000. Situasi ini membuat banyak investor bertanya-tanya: akankah harga Bitcoin kembali mengalami koreksi besar?

Dampak Penangguhan Tarif Trump terhadap Bitcoin

Kebijakan terbaru Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menjadi salah satu pemicu volatilitas harga aset kripto. Trump mengumumkan penangguhan sementara selama 90 hari terhadap kenaikan tarif impor—sebuah langkah yang awalnya memberikan napas lega bagi pasar global. Namun, di sisi lain, ia juga menaikkan tarif timbal balik sebesar 10% untuk semua negara kecuali China, serta menaikkan tarif khusus untuk China hingga 125%.

Langkah ini menciptakan ketegangan baru di pasar, meskipun sempat memicu reli singkat Bitcoin yang naik lebih dari 7% dalam sehari. Namun, eskalasi konflik dagang yang terus berlanjut, terutama setelah China membalas dengan tarif 84% terhadap barang-barang impor dari AS, mengindikasikan bahwa risiko makro masih belum mereda.

Firma riset QCP Capital menyatakan, jika konflik dagang terus memburuk, investor bisa saja terjebak dalam “bull trap”, yaitu kondisi di mana harga sempat naik namun kemudian anjlok lebih dalam.

Tekanan Inflasi dan Kebijakan Moneter Masih Membayangi

Selain perang dagang, tekanan inflasi juga menjadi salah satu faktor yang dapat membebani harga Bitcoin. Ketika inflasi tinggi dan bank sentral seperti The Fed cenderung mempertahankan suku bunga di level tinggi, aset-aset berisiko seperti Bitcoin bisa mengalami tekanan.

Menurut alat pemantau FedWatch dari CME Group, peluang The Fed mempertahankan suku bunga pada pertemuan 7 Mei mendatang mencapai lebih dari 80%. Ini artinya, peluang adanya pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat sangat kecil.

Pelaku pasar kini tengah menunggu data inflasi konsumen (CPI) yang akan dirilis pada 10 April. Jika hasilnya menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi, maka tekanan terhadap pasar kripto bisa semakin besar.

Level Harga Bitcoin yang Perlu Diperhatikan

Secara teknikal, sejumlah level penting menjadi acuan untuk melihat arah pergerakan Bitcoin dalam waktu dekat:

  • MA 365 hari di sekitar $76.000 saat ini menjadi support penting yang perlu dijaga.
  • Jika BTC gagal bertahan di atas level ini, maka kemungkinan akan turun ke kisaran $71.000 (harga realisasi aktif) atau bahkan menyentuh $65.000 yang dianggap sebagai rata-rata harga pasar yang “adil”.

Menurut analis dari Glassnode, hanya jika Bitcoin berhasil kembali menembus level $93.000, akan ada indikasi pemulihan kekuatan tren naik.

Setelah sempat menyentuh angka tertinggi di atas $83.000, harga Bitcoin kembali tergelincir. Sentimen makroekonomi global dan ketegangan geopolitik menjadi sorotan utama yang dapat memicu tekanan jual dalam waktu dekat.

Harga Bitcoin (BTC) sempat melonjak hingga $83.565 pada 9 April 2025, namun tak lama berselang mengalami penolakan kuat di level tersebut dan kembali turun ke bawah angka psikologis $80.000. Situasi ini membuat banyak investor bertanya-tanya: akankah harga Bitcoin kembali mengalami koreksi besar?

Dampak Penangguhan Tarif Trump terhadap Bitcoin

Kebijakan terbaru Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menjadi salah satu pemicu volatilitas harga aset kripto. Trump mengumumkan penangguhan sementara selama 90 hari terhadap kenaikan tarif impor—sebuah langkah yang awalnya memberikan napas lega bagi pasar global. Namun, di sisi lain, ia juga menaikkan tarif timbal balik sebesar 10% untuk semua negara kecuali China, serta menaikkan tarif khusus untuk China hingga 125%.

Langkah ini menciptakan ketegangan baru di pasar, meskipun sempat memicu reli singkat Bitcoin yang naik lebih dari 7% dalam sehari. Namun, eskalasi konflik dagang yang terus berlanjut, terutama setelah China membalas dengan tarif 84% terhadap barang-barang impor dari AS, mengindikasikan bahwa risiko makro masih belum mereda.

Firma riset QCP Capital menyatakan, jika konflik dagang terus memburuk, investor bisa saja terjebak dalam “bull trap”, yaitu kondisi di mana harga sempat naik namun kemudian anjlok lebih dalam.

Tekanan Inflasi dan Kebijakan Moneter Masih Membayangi

Selain perang dagang, tekanan inflasi juga menjadi salah satu faktor yang dapat membebani harga Bitcoin. Ketika inflasi tinggi dan bank sentral seperti The Fed cenderung mempertahankan suku bunga di level tinggi, aset-aset berisiko seperti Bitcoin bisa mengalami tekanan.

Menurut alat pemantau FedWatch dari CME Group, peluang The Fed mempertahankan suku bunga pada pertemuan 7 Mei mendatang mencapai lebih dari 80%. Ini artinya, peluang adanya pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat sangat kecil.

Pelaku pasar kini tengah menunggu data inflasi konsumen (CPI) yang akan dirilis pada 10 April. Jika hasilnya menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi, maka tekanan terhadap pasar kripto bisa semakin besar.

Level Harga Bitcoin yang Perlu Diperhatikan

Secara teknikal, sejumlah level penting menjadi acuan untuk melihat arah pergerakan Bitcoin dalam waktu dekat:

  • MA 365 hari di sekitar $76.000 saat ini menjadi support penting yang perlu dijaga.
  • Jika BTC gagal bertahan di atas level ini, maka kemungkinan akan turun ke kisaran $71.000 (harga realisasi aktif) atau bahkan menyentuh $65.000 yang dianggap sebagai rata-rata harga pasar yang “adil”.

Menurut analis dari Glassnode, hanya jika Bitcoin berhasil kembali menembus level $93.000, akan ada indikasi pemulihan kekuatan tren naik.

More from author

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related posts

Advertismentspot_img

Latest posts

CleanSpark Mulai Jual Bitcoin untuk Biayai Operasi Sendiri, Hindari Ketergantungan Eksternal

Perusahaan penambangan Bitcoin asal Amerika Serikat, CleanSpark, resmi mengumumkan perubahan besar dalam strategi keuangannya. Mulai bulan ini, perusahaan akan secara rutin menjual sebagian Bitcoin...

Securitize Caplok Unit MG Stover, Jadi Administrator Dana Aset Kripto Terbesar di Dunia

Perusahaan teknologi keuangan asal Amerika Serikat, Securitize, resmi mengumumkan akuisisi unit layanan administrasi dana dari MG Stover, dalam langkah strategis yang menjadikannya administrator dana...

Bitcoin Bangkit ke $85.800, Tapi Apakah Sinyal Bullish Benar-Benar Kembali?

Bitcoin (BTC) sempat mengalami lonjakan harga yang cukup tajam hingga menyentuh level $85.800 pada awal pekan ini. Namun, lonjakan ini masih menimbulkan tanda tanya...

Want to stay up to date with the latest news?

We would love to hear from you! Please fill in your details and we will stay in touch. It's that simple!