Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat terus mengalami lonjakan signifikan, menandakan meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global. Pada Kamis lalu, imbal hasil surat utang negara AS bertenor 30 tahun melonjak hingga mencapai 5,18 persen, level tertinggi sejak 2023, sebelum akhirnya sedikit menurun menjelang penutupan sesi perdagangan.
Lonjakan imbal hasil ini mencerminkan kombinasi kekhawatiran investor terhadap memburuknya posisi fiskal pemerintah AS dan lemahnya permintaan dalam lelang obligasi terbaru. Lelang obligasi tersebut menunjukkan bahwa minat pasar terhadap utang jangka panjang pemerintah mulai surut, yang pada akhirnya menekan harga obligasi dan mendorong imbal hasil ke atas.
Situasi ini diperparah oleh kebijakan fiskal ekspansif yang baru-baru ini disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat AS. Undang-undang baru yang mencakup paket pajak dan belanja besar-besaran diperkirakan akan menambah beban utang nasional sebesar 3,8 triliun dolar AS dalam sepuluh tahun ke depan. Selain itu, lembaga pemeringkat Moody’s sebelumnya telah menurunkan prospek kredit pemerintah AS, memperkuat kekhawatiran akan ketahanan fiskal negara tersebut.
Sebagai respons terhadap memburuknya prospek ekonomi dan fiskal, investor mulai mencari perlindungan pada aset-aset yang dianggap aman atau “safe haven”. Dalam hal ini, dua instrumen menonjol: Bitcoin dan emas.
Bitcoin kembali menarik minat luas dari kalangan institusi. Aset kripto ini sempat diperdagangkan mendekati level 110.000 dolar AS, mencetak rekor harga baru. Penguatan Bitcoin didorong oleh kombinasi faktor, termasuk meningkatnya arus masuk dari investor institusional, persepsi bahwa Bitcoin adalah lindung nilai terhadap inflasi, serta pelemahan nilai dolar AS akibat tekanan fiskal.
Di sisi lain, harga emas juga menunjukkan penguatan signifikan. Komoditas logam mulia ini tetap menjadi aset pilihan investor yang khawatir terhadap volatilitas pasar dan inflasi yang tak kunjung reda. Kenaikan harga emas mencerminkan meningkatnya permintaan atas aset fisik di tengah ketidakpastian ekonomi.
Kondisi pasar saat ini mencerminkan pergeseran sentimen investor global. Lonjakan imbal hasil obligasi menandakan adanya ketakutan terhadap keberlanjutan kebijakan fiskal AS, sementara masuknya dana besar ke dalam Bitcoin dan emas memperlihatkan keinginan investor untuk mengamankan portofolio dari guncangan makroekonomi yang mungkin terjadi.
Para analis memperingatkan bahwa jika tekanan terhadap pasar obligasi terus meningkat dan dolar terus melemah, potensi dampak sistemik terhadap pasar keuangan global tidak dapat diabaikan. Ketegangan antara prospek inflasi, utang pemerintah, dan respons kebijakan moneter akan terus menjadi fokus utama dalam waktu dekat.