Pasokan Bitcoin yang terus menyusut dan meningkatnya akumulasi oleh institusi besar seperti MicroStrategy memicu kekhawatiran akan terjadinya supply shock, yang dapat mendorong lonjakan harga signifikan dalam waktu dekat.
Saat ini, lebih dari 93% dari total maksimum 21 juta Bitcoin telah ditambang. Setelah peristiwa halving pada April 2024 yang memangkas hadiah blok menjadi 3,125 BTC, pasokan baru ke pasar menjadi semakin terbatas. Sementara itu, sekitar 70% pasokan Bitcoin tidak berpindah tangan selama satu tahun terakhir, menandakan bahwa mayoritas pemegang lebih memilih menyimpan aset jangka panjang ketimbang menjual.
Di sisi lain, permintaan terhadap Bitcoin mengalami peningkatan signifikan, terutama dari institusi keuangan besar yang mengakses Bitcoin melalui ETF spot. Aliran dana yang masuk ke ETF BlackRock (IBIT), misalnya, sempat mencapai rata-rata lebih dari $400 juta per hari. Kondisi ini membuat pasokan yang tersedia di bursa kian menipis dan memunculkan potensi terjadinya supply shock.
MicroStrategy Percepat Akuisisi Bitcoin Secara Agresif
Michael Saylor, pendiri sekaligus Chairman MicroStrategy, kembali menjadi sorotan utama dalam ekosistem kripto. Perusahaan perangkat lunak tersebut telah menjadikan akumulasi Bitcoin sebagai strategi utama bisnis sejak tahun 2020. Hingga pertengahan 2025, MicroStrategy telah mengakumulasi lebih dari 214.400 BTC—setara dengan hampir 3% dari total pasokan Bitcoin yang akan pernah ada.
Strategi akuisisi ini tidak berhenti, bahkan semakin intensif. Perusahaan terus mengumpulkan modal dengan menjual saham dan obligasi konversi untuk membeli lebih banyak BTC. Menurut pernyataan terbaru, MicroStrategy tetap berkomitmen untuk membeli Bitcoin secara rutin, bahkan ketika volatilitas pasar meningkat.
Institusi dan Perusahaan Publik Berlomba-lomba Membeli Bitcoin
MicroStrategy bukan satu-satunya entitas yang agresif dalam mengakumulasi Bitcoin. Sejumlah perusahaan publik dan institusi besar juga menunjukkan minat yang tinggi. Di antaranya adalah Trump Media & Technology Group yang menggalang dana $2,5 miliar untuk membeli Bitcoin, dan GameStop yang menginvestasikan $500 juta dalam BTC.
Lebih lanjut, perusahaan baru bernama Twenty On0e—yang didukung oleh Tether, SoftBank, dan CEO Strike Jack Mallers—diluncurkan dengan kepemilikan awal sebesar 42.000 BTC. Ini menjadikannya salah satu pemegang korporat Bitcoin terbesar secara global.
Konsentrasi Pasokan Bitcoin Picu Kekhawatiran
Dengan semakin banyaknya Bitcoin yang tersimpan dalam cold wallet institusional dan kustodian ETF, tingkat likuiditas di bursa menurun drastis. Data on-chain menunjukkan bahwa hanya sekitar 11% dari total pasokan Bitcoin yang masih tersedia di bursa—angka terendah sejak tahun 2018.
Kondisi ini diperparah oleh konsentrasi kepemilikan. 100 alamat wallet terbesar saat ini menguasai lebih dari 15% total pasokan Bitcoin. Beberapa analis menilai hal ini bisa menjadi sinyal potensi centralisasi, meskipun sebagian lainnya menilai bahwa kepemilikan ini bersifat pasif dan tidak untuk diperdagangkan dalam jangka pendek.
Apakah Supply Shock Bitcoin Benar-Benar Terjadi?
Para analis meyakini bahwa supply shock tidak akan terjadi dalam satu momen besar, melainkan melalui akumulasi tekanan pasokan secara bertahap. Pengurangan pasokan dari hasil halving, dikombinasikan dengan akumulasi besar-besaran dari institusi, menciptakan dinamika pasar baru yang belum pernah terlihat sebelumnya dalam sejarah Bitcoin.
Jika permintaan dari investor institusional, korporasi, dan negara terus meningkat, tekanan pasokan akan terus menguat dan dapat mendorong harga Bitcoin naik tajam dalam waktu singkat.