Singapura telah memblokir akses ke Polymarket, sebuah platform pasar prediksi terdesentralisasi yang memungkinkan pengguna bertaruh pada hasil peristiwa dunia nyata menggunakan cryptocurrency.
Langkah ini merupakan bagian dari tindakan keras terhadap platform perjudian tanpa lisensi di negara tersebut.
Ketika pengguna di Singapura mencoba mengakses situs Polymarket, mereka disambut dengan peringatan yang mengacu pada Pasal 20 dari Gambling Control Act 2022, yang menetapkan hukuman berat bagi perjudian dengan operator tanpa lisensi.
Perkembangan ini bertepatan dengan peralihan otoritas penegakan dari Gambling Regulatory Authority (GRA) ke Kepolisian Singapura, yang efektif mulai 1 Januari 2025.
GRA mengumumkan perubahan ini melalui sebuah posting di Facebook, menekankan komitmennya untuk mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh perjudian ilegal.
Sejak 2015, lebih dari 3.800 situs web dan 145.000 transaksi senilai total SG$37 juta (sekitar $27,09 juta) telah diblokir.
Polymarket, yang didirikan pada tahun 2020, dikenal karena pendekatannya yang inovatif dalam peramalan.
Dengan memungkinkan pengguna memperdagangkan saham yang mewakili probabilitas peristiwa di masa depan, platform ini menjadi alat populer untuk berspekulasi mengenai data ekonomi, pemilihan umum, dan lainnya.
Namun, operasinya menghadapi tantangan regulasi.
Pada tahun 2022, Polymarket mencapai penyelesaian dengan Commodity Futures Trading Commission (CFTC) AS setelah dituduh mengoperasikan platform perdagangan derivatif tanpa registrasi.
Penyelesaian tersebut mencakup denda sebesar $1,4 juta dan perintah penghentian operasi, yang mendorong platform untuk memblokir pelanggan dari AS.
Larangan di Singapura ini menimbulkan pertanyaan lebih luas mengenai regulasi pasar prediksi.
Meskipun Polymarket menggambarkan dirinya sebagai alat peramalan, otoritas tampaknya melihatnya sebagai bentuk perjudian.
Pembedaan ini penting, terutama ketika Singapura memperkuat kerangka kerja anti pencucian uang (AML) dan pendanaan kontra-terorisme (CTF) sebagai respons terhadap skandal pencucian uang bernilai miliaran dolar yang terkait dengan operasi perjudian di Asia Tenggara.
Saat ini, Singapore Pools tetap menjadi satu-satunya operator perjudian online berlisensi di negara tersebut.
Namun, belum jelas apakah Kepolisian Singapura atau GRA membedakan antara pasar prediksi dan situs perjudian, atau apa yang mendorong inklusi Polymarket secara tiba-tiba dalam daftar platform yang diblokir.
Seiring dengan upaya pemerintah di seluruh dunia untuk mengatur platform berbasis blockchain, kasus Polymarket menjadi ujian penting untuk pertanyaan yang lebih luas: Di mana garis pemisah antara pasar prediksi dan perjudian?